Beberapa teman saya berencana hiking ke Gunung Semeru. Waktu diajak, saya menolak. Saya nggak mau ikut, alasannya yaa.. tau diri aja sih, jarang olah raga. Meskipun mereka bilang cuma sampai Ranukumbolo. Saya tetap gak ikut.
Karena kami udah lama gak jalan bareng, dan gak seru kalau salah satu (saya) gak ikut. Tsah..
Lantas tercetuslah ide, mumpung lagi di Malang, sekalian aja ke Pulau Sempu.
“Ikut ke pulau sempu aja, gak usah ikut ke Semeru” begitu rayu mereka.
Baiklah. Cuti udah di-approved. Okesip. Dan sayapun packing.
Saya pergi sendiri Jakarta-Malang nyusul mereka yang baru balik dari Semeru. Hii.. pertama kali pergi sendiri naik kereta jarak jauh.. Bismillah..
Setelah 18 jam di kereta *pfff..*, saya dijemput teman-teman di Stasiun Malang Kota Baru, Senin pagi, 13 Mei 2013. Ya, kami memang memilih ke pulau Sempu di hari kerja, sebab kalau weekend katanya cari tempat buat bikin tenda aja susah.
Ada tempat kerabat untuk transit. Sahabat pacarnya teman saya, maksudnya gini : teman saya punya pacar. Pacarnya teman saya punya sahabat. Gitu lho.. *dibahas*
Kebetulan rumahnya gak jauh dari Stasiun & Alun-alun Kota. Cuma jalan kaki aja. Jadi saya bisa bersih-bersih dan istirahat. Keluarga yang hangat dan unik. Suaminya orang Australia, meskipun dia arek Malang asli, anak-anaknya bule hehe.. biarpun begitu anak-anak itu ikut TPA. Subhanalloh.. Waktu ditanya, mamanya :
“What did you learn in TPA?”
“I don’t know, Mum .. some kind of Chinese writing..”
“Haha.. No.. No Chinese writing.. it’s Arabic writing..”
Hehe.. dikira tulisan Cina 😀
Sahabat pacarnya teman saya, baru pindah ke Indonesia. Semula mereka tinggal di Australia. Dan memutuskan untuk pindah ke Malang. Keluarga ini punya dua rumah. Rumahnya yang satunya baru akan dijadikan kantor 3 lantai. Mereka sudah menyiapkan kamar, kasur-kasur, dan kamar mandi dengan air panas. Kami bisa istirahat disana. Cakep… Alhamdulillah..
Rencana berubah, hari itu juga kami akan berangkat ke Pulau Sempu.
Setelah pegel 18 jam di kereta, saya manggut aja waktu teman-teman memutus hari ini berangkat. Supaya Rabu kita udah di Malang. Jadi cukup istirahat dan pulangnya bisa siang. Pesawat yang jam 2.
Sambil menunggu teman-teman dari Surabaya, kami putar-putar kota Malang dan mencoba Es Krim tempo doeloe di Toko Oen. Kemudian belanja perbekalan untuk kemping di pulau Sempu.
Menjelang Dzuhur, 2 orang teman dari Surabaya datang. Kami berlima pun berangkat dengan menyewa angkot 250 ribu rupiah untuk perjalanan dari Malang ke pantai Sendang Biru. Perjalanan memakan waktu 2,5 jam. Oh my.. jalannya berkelok-kelok.. Saya mulai pusing.
Mungkin karena tadi saya habis keramas, jadi rambut saya masih agak basah, dan langsung saya tutup jilbab karena harus berangkat. Mungkin ini juga yang bikin pusing. Dan saya ternyata PMS (Pre Menstruation Syndrome). Hadeuh.. lengkap sudah…
Teman saya memberi multivitamin h*m*t*n action yg tidak biasa saya minum. Malah bikin saya mual.
Saya hampir saja membatalkan niat saya ikut ke Sempu dan balik ke Malang dengan angkot yang mengantar kami, tapi teman saya merayu, “halah.. ntar sampai sana juga nggak apa-apa..”
Akhirnya sampai juga di pantai Sendang Biru. Pulau Sempu yang diliputi hutan Mangrove itu terlihat dekat sekali. Kedua teman saya, segera mengurus ijin dan membeli tiket untuk masuk ke dan camping di pulau Sempu.
Pantai Sendang Biru, yg hijau itu hutan mangrove pulau Sempu
Dari Pantai Sendang Biru ke Sempu kami menyewa perahu 100 ribu rupiah untuk menyeberang yang hanya memakan waktu 15 menit. Sewa guide 100 ribu rupiah perhari.
Kami tiba di pulau Sempu. Menurut Guide, perjalanan menuju Segoro Anakan memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.

Sempu Island, Google Map
Karena saya tepar jadi kami sering berhenti, akhirnya perjalanan memakan waktu 2 jam. Karena saya nggak kuat, ransel saya dibawain teman saya. Hadeuh maaf ya jadi merepotkan… Alhamdulillah teman-teman sabar dan support selalu. Duh.. teman-teman yang baik dan menyenangkan.. Katanya, kalau mau tau seseorang teman itu baik atau nggak, ajak nge-trip bareng. Mungkin ada benarnya juga.
Beberapa kali saya tersandung-sandung akar hutan mangrove karena hari mulai gelap. Temen saya bikinin tongkat dari batang pohon. Duh jadi terharu.
“Dijaga ya, jangan sampai hilang..” titahnya.
Tapi diperjalanan tongkat itu malah bikin ribet, jadi terpaksa saya buang. Maaf ya 😀
Waktu saya tanya sama guide-nya, “Ini masih lama gak ya, Pak?”
“Ya kira-kira 800 meter deh..”
“Kalau sampai sana berapa meter?”
“sekitar 2400-an..”
Hadeuh..
Baru juga selesai melewati beberapa tanjakan, eh.. ada tanjakan lagi dan banyak karang. Jadi supaya aman, kalau ke sana sebaiknya pakai sepatu trekking, bisa sewa kok, daripada kaki luka.
Saya mulai putus asa dan mau pingsan rasanya. Makanya rajin olah raga, makanya rajin olah raga.. saya ngomong sama diri sendiri dalam hati.
Lagi-lagi, Alhamdulillah, menurut guide-nya, saat kami ke sana, sudah 2 minggu tidak hujan di pulau Sempu, jadi medannya tidak terlalu berat. Tidak terlalu berat??! Tidak terlalu berat gimana maksudnya?! *tepok jidat*

trekking menuju Segoro Anakan, photo @bagus_minimax
Tiap kali istirahat teman kami yang Sarjana Kesehatan, kami memanggilnya pak Guru Olah Raga, habis secara penampilan badan gede, pintar olah raga ini itu, kek nya cocok jadi guru olah raga :D, dia terus-terusan memberi instruksi, kalau istirahat jangan duduk, kakinya jangan ditekuk.. kalau bisa berdiri saja.. bersandar saja.. soalnya nanti buang tenaga kalau bangkit lagi..
Trus, pesan pak Guru, kalau minum juga jangan banyak-banyak. Pada dasarnya saat kita kehausan yang haus itu mulut dan tenggorokan. Kalau kebanyakan minum nanti perut kembung malah nggak baik.
Jadi cara menipu mulut dan tenggorokan yang kehausan adalah.. hehe.. agak jorok siy.. kumur-kumur hampir ditelan dulu, setelah itu baru ditelan. Duh gak sia-sia deh di tim ada pak guru olah raga ganteng, hehe..
Setelah melewati beberapa pohon tumbang, gua dengan stalagtit dan stalagmit..
Suara ombak mulai terdengar.. tapi perjuangan belum terakhir.. makin deket, makin curam.saya sempat gelantungan pegangan pohon melewati tebing yang hanya muat satu pijakan.
“Kuat gak nih pak pohonnya buat pegangan?”
“Kuat.. pohon-pohon yang disini kuat kok..” jawab si bapak guide santai.
Nyebelin.. Sementara pak Guide nya bisa lompat-lompat dengan cepat dan lincah, gue kayak orang jompo, takut-takut dan pelan-pelan melangkah.. 🙂
Hari sudah mulai gelap. Kami mulai menginjak pasir putih. Beberapa tenda terlihat. Akhirnya kami sampai di laguna Segoro Anakan. Alhamdulillah..
Baju dekil, sepatu kotor, badan pada pegel..
“Sepertinya peluang bisnis nih.. “ ucap salah seorang teman saya.
“Kenapa?” tanya saya.
“Penyewaan helikopter hehe.. biar gak capek ke segoro anakan..”
Tapi.. segala kelelahan itu menguap begitu saja ketika melihat laguna nan cantik itu..
Segoro Anakan, foto diambil keesokan paginya
Kami segera memasang tenda. Menyalakan lampu badai. Menyiapkan makan malam. Yaitu… nasi bungkus hehe..
Malamnya kami masak mie instan lagi buat cemilan dengan kompor parafin.
Teman saya, mas fotografer, masih semangat eksperimen bermain-main dengan cahaya, membuat foto dengan tulisan yang ditulis dengan senter..
Sementara teman-teman dan bapak guide masih mengobrol, saya sudah sangat mengantuk..Agak horror-horor dikit obrolannya, mungkin biar seru.
Tapi buat saya, selama mahluk-mahluk astral tidak mengganggu, dan sayapun tidak menganggu mereka, no problemo.. Toh seluruh alam semesta yang punya Allah kan.. Jadi kenapa harus takut.
Yang saya takutkan malah binatang buas. Saya browsing-browsing di internet, kenapa pulau Sempu dijadikan Konservasi Alam, karena kekayaan flora dan faunanya. Beuh..
Pak guide-nya memberi tahu setiap pagi jam 8, dan benar saja, monyet-monyet turun dari pohon di hutan. Pesannya, jangan diberi makan, khawatir nanti teman-temannya datang. Apalagi kalau yang gede datang dan ngikutin kita, hiii…
Yang juga menyenangkan ketika malam, kami memandang langit hitam pekat yang ditaburi dengan gugusan bintang yang banyak sekali.. Dua kali saya melihat kilatan entah meteor atau bintang jatuh.
Sesuatu yang jarang dilihat di Jakarta.
Menurut pak Guide, sebetulnya ada 27 spot di pulau sempu yang bisa dikunjungi. Ada sumber air tawar juga sebetulnya. Di laguna Segoro Anakan airnya asin. Makanya yang merepotkan, kami harus bawah persedian air mineral yang cukup. Tapi kalau mau semua spot dikunjungi, setidaknya nge-camp 3 hari 2 malam-lah. Kami (saya) hanya nge-camp 1 malam sudah lumayan tepar, hehe. Biarpun tepar, rasanya saya gak menyesal sudah datang kesana.
Dan yang perlu diingat, mari kita jaga sama-sama keaslian dan keragaman biota di pulau Sempu.
Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki. Jangan ambil apapun kecuali foto-foto.